5S merupakan satu amalan budaya daripada masyarakat Jepun, dengan fokus untuk mewujudkan satu suasana kualiti di sesebuah organisasi yang mampu memastikan
standard yang ditetapkan serta menerapkan semangat untuk penambahbaikan
berterusan. 5S merupakan singkatan kepada perkataan Jepun yaitu :
Apakah maksud 5S?
Kenapa 5S?
- Tempat kerja lebih bersih dan tersusun Tempat kerja lebih selamat
- Hasilnya mudah dilihat oleh semua orang Menjana pemikiran kreatif kakitangan Meningkatkan disiplin secara semulajadi
- Kakitangan berbangga dan menghargai tempat kerjanya
- Meningkatkan keyakinan masyarakat terhadap perkhidmatan yang diberikan
Apakah 5 perkara utama yang diberikan fokus dalam 5S ?
- Kebersihan
- Kekemasan
- Kemudah-kesanan
- Keselamatan
- Komunikasi
Pengenalan 5S
Amalan 5S merupakan satu kaedah pengurusan yang dipelopori oleh pihak industri di Jepun bagi mewujudkan persekitaran tempat kerja yang selesa, kemas dan selamat. Amalan 5S bermatlamat mewujudkan persekitaran kerja yang berkualiti secara sistematik dan praktikal. Pelaksanaan Amalan 5S yang berkesan dapat meningkatkan kualiti perkhidmatan, menjimatkan kos dan memudahkan proses kerja.
Selain memberi keutamaan kepada aspek kebersihan, kekemasan dan keselamatan di tempat kerja, Amalan 5S berupaya memperkukuhkan lagi Sistem Pengurusan Kualiti Jabatan/Agensi berasaskan Standard MS ISO 9001:2008, khususnya dalam memenuhi keperluan klausa Pengurusan Sumber berkaitan Persekitaran Kerja. Pelaksanaan
Amalan 5S yang cekap, berkesan dan konsisten akan memberi nilai tambah kepada
imej korporat Jabatan/Agensi secara keseluruhan.
Continuous Improvement
Makna Continuous Improvement ?
Sebagai seorang Industrial Engineer, mungkin kita sering mendengar istilah Continuous Improvement dan beberapa metode yang terkait erat dengannya, seperti Lean, Six Sigma, atau TQM. Tapi ketika ditanya mengenai pengertian secara jelasnya apasih Continuous Improvement itu sebenarnya, mungkin beberapa dari kita masih bingung untuk menjelaskannya. Istilah Continuous Improvement atau sering disingkat menjadi CI saja bisa jadi menimbulkan gagasan tersendiri dalam pikiran orang yang baru saja mendengarnya. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, silakan simak sedikit penjabaran mengenai continuous improvement berikut ini :
Apa itu Continuous Improvement (CI) ?
Continuous improvement adalah usaha-usaha berkelanjutan yang dilakukan untuk mengembangkan dan memperbaiki produk, pelayanan, ataupun proses. Usaha-usaha tersebut bertujuan untuk mencari dan mendapatkan “bentuk terbaik” dari improvement yang dihasilkan, yang memberikan solusi terbaik bag imasalah yang ada, yang hasilnya akan terus bertahan dan bahkan berkembang menjadi lebih baik lagi.
Salah satu tool yang digunakan untuk menjalankan misi Continuous Improvement adalah “pemodelan kualitas empat langkah” yang disebut PDCA (Plan-Do-Check-Act), yang dikenal juga dengan sebutan Siklus Deming atau Siklus Shewhart.
PDCA
• Plan
Metode lain yang sangat popular untuk Continuous Improvement, seperti Lean, Six Sigma, atau TQM (Total Quality Management), mendorong keterlibatan karyawan dan membutuhkan kemampuan teamwork yang baik. Metode tersebut mendorong perusahaan untuk mengukur dan melakukan sistematisasi proses, mengurangi variasi, mengurangi cacat (defect), dan memperpendek cycle time.
• Do
Implementasi perubahan dalam skala kecil.
• Check
Menggunakan data untuk menganalisa hasil dari perubahan dan menentukan apakah perubahan yang dilakukan telah / akan
mendatangkan perbedaan yang berarti.
• Act
Jika perubahan dianggap sukses, implementasikan perubahan tersebut dalam skala yang lebih besar dan pertahankan
hasilnya. Jika perubahan belum mendatangkan perbedaan yang berarti, ulangi kembali siklus PDCA.
Tujuan utama dari implementasi konsep PDCA – Plan Do Check Act adalah menciptakan cara pikir ilmiah yang bisa diikuti dengan pola-pola yang jelas dalam praktek Lean. Siklus dari PDCA ini dapat dipraktekan di seluruh level dalam organisasi.
Itulah yang dijelaskan Jeffrey K. Liker, seorang profesor di bidang Industrial dan Operations Engineering dari University Michigan. Jeffrey menilai adanya perbedaan yang cukup besar antara teori dan penerapan dari Lean Enterprise di dalam organisasi, dan seringkali ia menemukan organisasi yang merasa upaya perbaikan yang mereka lakukan tidaklah cukup. Mengapa demikian?
Karena PDCA menjadi sebuah proses yang dibutuhkan dalam membawa sebuah upaya perbaikan berkelanjutan di seluruh tingkatan level, setiap karyawan harus memiliki kemampuan praktis untuk melaksanakannya.
Namun dalam prakteknya, organisasi yang berupaya menerapkan Lean seringkali hanya melihat sistem tersebut sebagai serangkaian tools dan program yang dilaksanakan dengan berbagai perencanaan, evaluasi yang dangkal dan sedikit pembelajaran. Selain itu, Lean juga kerap dipandang sebagai sebuah proses kompleks yang dipaksakan untuk diterapkan di dalam sebuah organisasi.
Jika dibandingkan dengan apa yang sebenarnya dilakukan Toyota, sebagai pengagas utama dari filosofi ini, mereka melihat bagaimana organisasi justru malah menciptakan ‘puding instan’ dari penerapan Lean di dalam organisasi mereka.
Tujuan utama yang harus dipahami oleh banyak organisasi dari penggunaan praktek PDCA dalam Lean Enterprise bukanlah mengubah seluruh aspek organisasi dalam satu waktu bersamaan namun lebih mengarah pada bagaimana mendemonstrasikan praktek tersebut sehingga terbentuk sebuah pola upaya perbaikan yang dilakukan secara konstan dalam proses yang berlangsung. Apa yang coba ditekankan banyak praktisi dan penggiat program Lean adalah organisasi dapat memahami bahwa sebuah upaya perbaikan dan perubahan itu harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
daftar pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar